-
Email:
Callcenter_djid@komdigi.go.id -
Call us:
159 -
Webmail:
Surel
- Beranda
- Informasi & Publikasi
- Informasi Terkini
Siaran Pers
Pengukuhan Prof. Dr. Ir. Suhono Harso Supangkat, M.Eng Sebagai Guru Besar ITB Dengan Pidato Ilmiah Broadband Economy dan C Generation Untuk Next Indonesia
Siaran Pers No. 73/PIH/KOMINFO/2/2009
(Jakarta , 27 Pebruari 2009) . Mulai tanggal 27 Pebruari 2009 ini Staf Khusus Ahli Menteri Kominfo yang menyandang gelar Profesor bertambah satu lagi (saat ini Staf Khusus Ahli Menteri Kominfo yang juga bergelar Profesor adalah Prof. Dr. Ir. Abdullah Alkaff, M.Sc) setelah siang hari ini Prof. Dr. Ir. Suhono Harso Supangkat telah menyampaikan pidato ilmiah di hadapan civitas academica para Guru Besar ITB Bandung serta sejumlah undangan (dari kalangan beberapa pejabat tinggi Departemen Kominfo, direksi penyelenggara telekomunikasi, sejumlah praktisi TIK dan lain sebagainya). Suhono lahir di Sleman Yogyakarta pada tanggal 3 Desember 1963 dan menyelesaikan kesarjanaannya dari ITB tahun 1986, kemudian gelar Master of Engineering dari Meisei University - Tokyo tahun 1994 dan gelar Doctor of Engineering dari University of Electro Communications - Tokyo tahun 1998. Di kalangan Direktorat Frekuensi Radio Ditjen Postel, penyelenggara telekomunikasi dan para wartawan yang sering meliput masalah telekomunikasi, Suhono lebih dikenal akhir-akhir ini dalam kapasitasnya sebagai Ketua Kelompok Kerja Dalam Rangka Evaluasi/Seleksi Penyelenggara Telekomunikasi Jaringan Akses Pita Lebar Departemen Kominfo, yang kemudian memunculkan pemberitaan tentang rencana penyelenggaraan tender BWA setelah regulasinya disahkan oleh Menteri Kominfo Mohammad Nuh pada tanggal 19 Januari 2009.
Tema pidato ilmiah Prof. Dr. Ir. Suhono Harso Supangkat (yang telah menghasilkan sekitar 50 karya penelitian ilmiah yang telah diterbitkan secara nasional maupun internasional) adalah "Broadband Economy dan C Generation Untuk Next Indonesia". Menurutnya, era pembangunan telekomunikasi tahap pertama Indonesia ditandai dengan peluncuruan satelit Palapa. Beberapa pemikiran tentang peluncuruan ini tidak terlepas dari pidato Guru Besar ITB Almarhum Prof. Iskandar Alisjabana pada tahun 1969. Beberapa industri dalam negeri muncul seperti RFC, INTI, LEN dan lain-lainnya. Komunikasi di hampir seluruh pelosok Indonesia dimungkinkan dilaksanakan pada awal mulanya melalui telpon tetap dan layanan televisi. Dalam perkembangan berikutnya, teknologi seluler yang memungkinkan komunikasi secara bergerak, walaupun dengan lebar pita yang sempit, telah menandai pembangunan teknologi informasi dan komunikasi tahap 2 yang dimulai sekitar 20 tahun setelah satelit Palapa diluncurkan. Prestasi fenomenal ini dapat dicapai dan kini dampaknya dapat dinikmati oleh lebih dari 120 juta pelanggan telepon seluler.
Lebih lanjut Suhono dalam pidatonya mengatakan, namun demikian pembangunan ini tidak disertai dengan pembangunan industri pendukung. Nilai ekonomi telekomunikasi seluler yang diperkirakan melebihi Rp 200 trilyun tidak memberikan dampak yang signifikan kepada industri manufaktur pendukung seluler. Era pembangunan tahap 1 dan 2 masih konsentrasi kepada konektifitas berbasis suara dengan pita sempit. Era kedepan, dimana era Creative dan Knowledge Economy akan menjadi bagian dalam kehidupan kedepan, maka konektivitas berbasis data menjadi penting untuk dibangun. Inilah yang menjadi tonggak sejarah baru sebagai pembangunan TIK tahap ke 3. Di samping itu evolusi teknologi informasi dan komunikasi telah sampai teknologi generasi ke 4 yang mengarah ke akses pita lebar (Broadband) seprti WIMAX, LTE dan juga teknologi serat optik yang masuk ke rumah.
Suhono memperkirakan, bahwa dalam 10 tahun ke depan kebutuhan akan akses pita lebar akan mencapai lebih dari 120 juta pelanggan. Jika melihat ekosistem yang terkait dengan ini maka akan melibatkan berbagai komponen pendukung, seperti jaringan / stasiun pengirim dan penerima, terminal komputer, perangkat bergerak seperti MID (Mobile Internet Devices), konten dan penyelenggaraan lainnya. Diperkirakan dalam perhitungan ekonomi dari ekosistem ini akan memproduksi nilai lebih dari RP 300 triliun. Untuk itu Indonesia harus punya strategi nasional yang dapat memberikan nilai maksimum terhadap nilai ekonomi di Indonesia atau disebut sebagai Broadband Economy. Kerjasama industri, pemerintahan dan universitas perlu terus dikembangkan. Insentif dan stimulus ekonomi akses pita lebar perlu diberikan untuk pengembangan ekosistem ini sebagai bagian dari program tersebut. Di lain pihak pengembangan Broadband Economy dan internet bergerak ini juga akan memberikan dampak terhadap perilaku sosial, anak-anak, ibu-ibu, pemerintahan dan industri. Suatu masyarakat generasi baru yang oleh Prof. Dr. Suhono disebutnya sebagai C Generation akan terus tumbuh. C Generation merupakan sinagkatan dari 5 C yaitu Conectivity, Convergence, Content Creative, Collaboration dan Contextual. Pengelolalan perubahan ke arah generasi yang lebih baik perlu dilakukan baik melalui upaya budaya (cultural), maupun secara struktural . Sedang diusulkan dibentuk suatu forum C Generation, untuk bisa memaksimalkan nilai generasi baru berbasiskan TIK. Forum ini diharapkan terdiri dari berbagai unsur, seperti anak-anak, guru, seniman, pengembang TIK, operator TIK dan yang terkait. Dengan penuh keryakinan, Suhono mengharapkan adanya optimisme, percaya diri, kemauan berjuang dan selalu bekerja keras adalah suatu tekad utama untuk membangun masyarakat.
Melalui Siaran Pers ini, Departemen Kominfo menyampaikan apresiasi dan ucapan selamat atas pengukuhannya sebagai Guru Besar ITB.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Depkominfo,
Gatot S. Dewa Broto
HP: 0811898504
Email: gatot_b@postel.go.id
Tel/Fax: 021.3504024