-
Email:
Callcenter_djid@komdigi.go.id -
Call us:
159 -
Webmail:
Surel
- Beranda
- Informasi & Publikasi
- Informasi Terkini
Siaran Pers
Early Warning System Terhadap Tragedi Krisis Global Kelangkaan IPv4 (Internet Protocol Versi 4) di Tahun 2012
Siaran Pers No. 65/PIH/KOMINFO/6/2010
(Jakarta, 3 Juni 2010). Menteri Kominfo Tifatul Sembiring menurut rencana pada tanggal 9 Juni 2010 akan membuka secara resmiacara IPv6 Summit di Hotel Padma, Legian Bali. Acara yang akan dilanjutkan dengan penanda-tanganan suatu deklarasi oleh sejumlah direksi penyelenggara telekomunikasi dihadapan Menteri Kominfo tersebut akan dihadiri oleh sekitar 300 peserta yang datang dari dalam negeri dan luar negeri yang terkait dengan bidang penyelenggaraan internet (pemerintah, penyelenggara telekomunikasi, asosiasi terkait, akademisi, vendor dan sejumlah pakar TIK). Acara yang sehari sebelumnya (tanggal 8 Juni 2010) akan didahului dengan Rakernas APJII yang akan dibuka secara resmi oleh Plt Dirjen Postel Muhammad Budi Setiawan ini bermakna sangat penting dan bernilai strategis, karena sesuai dengan prediksi secara akurat sejak beberapa tahun yang lalu dari berbagai stakeholders secara universal, maka IPv4 (Internet Protocol version 4) hanya akan tersisa sebesar 6% dari persediaan IPv4 seluruh dunia, sehingga kondisi krisis diperkirakan akan berlangsung pada tahun 2012.
Setelah alokasi terakhir IPv4 terdistribusikan terus di tahun 2011, memang masyarakat internasional belum akan merasakan langsung dampaknya, karena masih akan tersisa kira-kira waktu 1 tahun, dimana kepada pemakai IP akan dibuatkan strategi-strategi pemakaian IP private sebagai solusi dari kelangkaan IPv4. Namun secara bersamaan, dalam 1 tahun di periode 2011-2012, pemakai layanan internet di seluruh dunia justru sedang meningkat amat pesat, yaitu menembus angka diatas 3 milyar pengguna dengan komposisi seimbang antara pengguna yang memakai PC dan yang mengakses melalui "mobile device". Kondisi terburuk yang mungkin terjadi pada tahun 2012 adalah saat para penyelenggara internet di seluruh dunia, yang kesulitan menjual layanannya kepada pelanggan karena sudah tidak memiliki IPv4 tersisa, padahal seluruh layanan mereka berbasis IP. Kondisi khaostik ini kemudian akan merembet kepada penggunana layanan internet di seluruh dunia. Mereka yang tidak puas karena sudah mengantri lama untuk mendapatkan layanan, mungkin akan mulai protes, berteriak, mengajak komunitasnya untuk turun ke jalan, minta keadilan agar mereka juga dapat merasakan layanan berbasis IP yang saat itu sudah digunakan begitu meluas. Kekurangan IPv4 di tingkat infrastruktur juga berakibat terhadap kesulitan pengembangan layanan-layanan baru, karena setiap server baru yang diinstal akan membutuhkan pengalamatan berbasis IP. Pada titik tertentu, beberapa faktor khaostik ini akan bertemu dan menghasilkan triger yang luar biasa, sehingga kita saat itu benar-benar merasa dalam kondisi sangat krusial.
Untuk menghindari kepanikan publik tersebut, pengamat dan para ahli yang telah jauh-jauh hari memprediksi akan hadirnya momen ini dan bahkan telah membuatkan solusinya diawal tahun 90-an. Saat itu, "next generation internet protocol" diluncurkan walaupun IPv4 masih tersedia demikian banyak. Protokol Internet masa depan ini yang kemudian dikenal dengan kode IPv6 (Internet Protocol Version 6) yang salah satu keunggulannya merupakan solusi tepat untuk kelangkaan IPv4 di masa kini. Jumlahnya yang 2 128 (dapat memberikan alamat kepada 3,4 x 10 38 pengguna) adalah angin segar atas kondisi khaostik yang mungkin terjadi jika hanya mengandalkan IPv4. Belum lagi keunggulan lain dari IPv6 semisal tersedianya fitur jumbogram yang mensolusikan makin besar-nya blok-blok data yang melewati link-link internet masa kini. Maka kata kuncinya adalah pada strategi yang optimal untuk mempersiapkan IPv6 terimplementasi di jaringan internet seluruh dunia, dan pemilihan waktu yang tepat untuk melakukannya. Dan bangsa Indonesia sebagai salah satu negara dengan pertumbuhaan pengguna internet yang tinggi, tentu menyadari bahwa kesiapan impelementasi IPv6 pada waktu yang tepat, akan menghindarkan negeri ini dari merasakan masa krisis IPv4. Waktu 2 tahun tersisa ini mesti dapat digunakan sebagai waktu persiapan yang maksimal, dan menjadi tanggung jawab bersama seluruh stakeholder industri internet Indonesia untuk membuat rencana aksi yang optimal dan tepat waktu sehingga diharapkan para pengguna internet di Indonesia pun dapat melewati masa krisis IPv4 2012.
Perbedaan IPv4 dan IPv6 adalah sebagai berikut:
Fitur | IPv4 | IPv6 |
Jumlah alamat | Menggunakan 32 bit sehingga jumlah alamat unik yang didukung terbatas 4.294.967.296 atau diatas 4 Milyar alamat IP saja. NAT mampu untuk sekedar memperlambat habisnya jumlah alamat IPv4, namun pada dasarnya IPv4 hanya menggunakan 32 bit sehingga tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan Internet dunia. | Menggunakan 128 bit untuk mendukung 3.4 x 1038 alamat IP yang unik. Jumlah yang masif ini lebih dari cukup untuk menyelesaikan masalah keterbatasan jumlah alamat pada IPv4 secara permanen. |
Routing | Performa routing menurun seiring dengan membesarnya ukuran tabel routing. Penyebabnya pemeriksaan header MTU disetiap router dan hop switch. | Dengan proses routing yang jauh lebih efisien dari pendahulunya, IPv6 memiliki kemampuan untuk mengelola tabel routing yang besar. |
Mobilitas | Dukungan terhadap mobilitas yang terbatas oleh kemampuan roaming saat beralih dari satu jaringan ke jaringan lain | Memenuhi kebutuhan mobilitas tinggi melalui roaming dari satu jaringan ke jaringan lain dengan tetap terjaganya kelangsungan sambungan. Fitur ini mendukung perkembangan aplikasi-aplikasi mobile mendatang. |
Keamanan | Meski umum digunakan dalam mengamankan jaringan IPv4, header IPsec merupakan fitur tambahan pilihan pada standar IPv4. | IPsec dikembangkan sejalan dengan IPv6. Header IPsec menjadi fitur wajib dalam standar implementasi IPv6. |
Ukuran header | Ukuran header dasar 20 oktet ditambah ukuran header Options yang dapat bervariasi. | Ukuran header tetap 40 oktet. Sejumlah header pada IPv4 seperti Identification, Flags, Fragment offset, Header Checksum dan Padding telah dimodifikasi. |
Header checksum | Terdapat header checksum yang diperiksa oleh setiap switch (perangkat lapis ke 3), sehingga menambah delay. | Proses checksum tidak dilakukan di tingkat header, melainkan secara end-to-end. Header IPsec telah menjamin keamanan yang memadai |
Fragmentasi | Dilakukan di setiap hop yang melambatkan performa router. Proses menjadi lebih lama lagi apabila ukuran paket data melampaui Maximum Transmission Unit (MTU) paket dipecah-pecah sebelum disatukan kembali di tempat tujuan. | Hanya dilakukan oleh host yang mengirimkan paket data. Disamping itu, terdapat fitur MTU discovery yang menentukan fragmentasi yang lebih tepat menyesuaikan dengan nilai MTU terkecil yang terdapat dalam sebuah jaringan dari ujung-ke-ujung. |
Configuration | Ketika sebuah host terhubung ke sebuah jaringan, konfigurasi dilakukan secara manual. | Memiliki fitur stateless auto configuration dimana ketika sebuah host terhubung ke sebuah jaringan, konfigurasi dilakukan secara otomatis. |
Kualitas layanan | Memakai mekanisme best effort untuk tanpa membedakan kebutuhan | Memakai mekanisme best level of effort yang memastikan kualitas layanan. Header traffic class menentukan prioritas pengiriman paket data berdasarkan kebutuhan akan kecepatan tinggi atau tingkat latency tinggi |
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada fitur-fitur IPv4 merupakan poin-poin keunggulan sekaligus alasan mengapa negara-negara di dunia memilih IPv6 sebagai solusi permanen dari masalah utama yaitu keterbatasan jumlah alamat IP. Adapun rancangan deklarasi yang akan dibacakan di Bali pada tanggal 9 Juni 2010 oleh seluruh stakeholders adalah sebagai berikut:
Kami yang hadir pada hari ini, terdiri dari para operator jasa telekomunikasi, penyedia layanan, pembuat serta penyedia apikasi, dan penyalur perangkat keras telekomunikasi, secara sadar berkumpul dalam acara "Indonesia IPv6 Summit" di Bali 8-9 Juni 2010. Acara yang kami usung bersama, sebagai momen kesadaran terhadap datangnya krisis IPv4 serta momen kerelaan untuk memulai implementasi IPv6 secara menyeluruh di Indonesia.
Kami menyadari bahwa dengan terus bertumbuhnya pemakaian IP di dunia pada umumnya serta di Indonesia khususnya, maka persediaan IPv4 diseluruh dunia saat ini tinggal 7% saja atau setara dengan 280juta IP.
Kami menyadari bahwa jumlah penduduk Indonesia yang besar, disertai terus tumbuhnya penggunaan layanan Telekomunikasi khususnya internet, terus membutuhkan dukungan dari infrastruktur Telekomunikasi yang di era "next generation network" ini tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan IP. Maka kebutuhan dukungan IP ini, perlu disikapi dengan rencana aksi implementasi IPv6 yang secara umum di seluruh dunia diketahui merupakan solusi dari menipisnya ketersediaan IPv4.
Untuk itu, kami semua menyatakan dukungan, terhadap rencana implementasi IPv6 secara menyeluruh di Indonesia, melalui tahapan yang tepat dengan rencana yang matang, sehingga menghasilkan kemanfaatan yang maksimal untuk perkembangan Telekomunikasi, khususnya internet di negeri ini.
Dukungan ini akan kami wujudkan dengan memulai pembuatan rencana dan kemudian diikuti dengan pelaksanaan migrasi IPv4 ke IPv6 secara bertahap, sehingga bersama-sama secara nasional, Indonesia akan "IPv6 Ready" pada tahun 2013.
---------------
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo (Gatot S. Dewa Broto, HP: 0811898504, Email: gatot_b@postel.go.id , Tel/Fax: 021.3504024).