-
Email:
Callcenter_djid@komdigi.go.id -
Call us:
159 -
Webmail:
Surel
- Beranda
- Informasi & Publikasi
- Informasi Terkini
Siaran Pers
"Bingkisan Istimewa" Pembangunan Palapa Ring di Hari Bhakti Postel 27 September 2009 dan Merupakan "Comprehensive Stories" Yang Manis, Berkesan dan Produktif Bagi Kelengkapan Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi Periode 2005 – 2009
Siaran Pers No. 177/PIH/KOMINFO/9/2009
(Jakarta, 1 September 2009). Seperti yang sudah cukup banyak diberitakan di berbagai media, menurut rencana pada tanggal 27 September 2009 ini (bertepatan beberapa hari setelah Lebaran 1 Syawal 1430 H), Menteri Kominfo Mohammad Nuh beserta beberapa pejabat Departemen Kominfo, Direksi PT Telkom dan para anggota Konsorsium Palapa Ring akan menghadiri pencananganpembangunan fisik proyek Palapa Ring di kota Mataram. Tanggal 27 September 2009 tersebut dipilih, selain merupakan hari bersejarah yang selalu rutin diperingati sebagai Hari Bhakti Pos dan Telekomunikasi, juga karena timing tersebut sengaja dipilih untuk secepat mungkin menunjukkan komitmen pemerintah dan penyelenggara telekomunikasi (khususnya dalam hal ini PT Telkom), bahwa Palapa Ring bukan lagi semata-mata sebatas rencana pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang sudah cukup lama dibahas dan dipersiapkan, tetapi sudah hampir dipastikan hanya menunggu hitungan waktu beberapa minggu lagi saja untuk segera diawali pembangunan fisiknya.
Semula Palapa Ring ini sudah harus dimulai pembangunan fisiknya pada awal tahun 2009. Namun demikian karena adanya berbagai kendala di antaranya sebagai dampak dari krisis keuangan global yang sangat berpengaruh pada sisi pendanaan Konsorsium Palapa Ring dan juga kemudian keberadaan Konsorsium Palapa Ring yang saat ini hanya masih tersisa 3 anggota konsorsium (yaitu PT Telkom, PT Indosat dan PT Bakrie Telecom) setelah sebelumnya PT Excelcomindo Pratama menyatakan off untuk sementara waktu karena alasan internal dan akan kembali bergabung dengan konsorsium pada kesempatan berikutnya. Konsorsium pada dasarnya tetap komit untuk segera membangun, namun hanya saja telah meminta pemerintah untuk menjadwal ulang awal pembangunannya paling cepat pada akhir tahun 2009. Di sisi lain dalam kondisi yang masih cenderung stagnan tersebut, PT Telkom sendiri telah mengambil inisiatif untuk mengawali pembangunan fisik Palapa Ring pada tepat tanggal 27 September 2009 yang akan datang, dan pemerintah sendiri dalam pertemuannya dengan PT Telkom dan anggota konsorsium lainnya pada tanggal 12 Agustus 2009 di Departemen Kominfo telah langsung merespon secara positif.
Inisiatif PT Telkom tersebut tetap dalam koridor pembangunan Palapa Ring, dengan asumsi, bahwa PT Telkom akan membangun segmen fiber optic darat ( inland cable) maupun bawah laut (submarine cable) dari Mataram hingga Kupang yang direncanakan akan dapat diselesaikan pada akhir bulan September 2010 dan kini proses pengadaan sedang berlangsung (yang dilewati adalah Mataram – Kawinda Nae = 292,3 km; Kawinda Nae – Raba = 142,5 km; Raba – Waingapu = 307,5 km; Waingapu – Ende = 210,1 km; dan Ende – Kupang = 285,4 km). Sedangkan Konsorsium Palapa Ring (PT Telkom, PT Indosat dan PT Bakrie Telecom) akan membangun segmen segmen fiber optic darat ( inland cable ) maupun bawah laut ( submarine cable ) dari Manado, Ternate, Sorong, Ambon, Kendari hingga Makassar (yang dilewati adalah Manado – Bitung = 58 km ; Bitung - Ternate = 303,3 km; Ternate – Sorong = 658,5 km; Sorong – Ambon = 722,8 km; Ambon – Kendari = 778,5 km; dan Kendari - Kolaka = 192 km, Kolaka - Watampone = 156,3 km, Watampone - Bulukumba = 157 km dan Bulukumba - Makassar = 194 km. Sementara itu terlepas dari kegiatan PT Telkom yang dimulai dari Mataram tersebut, konsorsium merencanakan akan melakukan survey pada medio Januari hingga Mei 2010, dan kegiatan-kegiatan berikutnya berupa design revew meeting (DRM), akuisisi lahan landing point, produksi submarine cable, produksi terminal station equipment (TSE) dan submerged equipment ( SE), submarine cable shipment , TSE and SE shipment, instalasi submarine cable, instalasi TSE, testing dan terakhir berupa ready for professional acceptance (RFPA) pada sekitar bulan Mei 2011.
Meskipun total waktu penyelesaian Palapa Ring masih cukup lama, namun dengan dimulainya awal pembangunan fisik Palapa Ring pada tanggal 27 September 2009 maka momentum tersebut akan menandai kelengkapan pembangunan infrastruktur telekomunikasi Departemen Kominfo yang telah berlangsung secara sistematis dalam beberapa waktu terakhir ini. Seperti diketahui, belum lama ini Departemen Kominfo telah menyelesaikan tender BWA dan dokumen penetapan pemenangnya telah diserahkan oleh Menteri Kominfo pada tanggal 31 Juli 2009, dan sebelumnya Departemen Kominfo juga telah menyelesaikan tender USO dan dokumen kontraknya masing-masing dengan PT Telkomsel (sebagai pemenang tender USO Paket 1, 2, 3, 6 dan 7) telah dilakukan pada awal tahun 2009serta dengan PT Indonesia Comnet Plus (sebagai pemenang tender USO Paket 4 dan 5) telah dilakukan pada tanggal 16 Juli 2009. Masih terkait dengan USO ini, kini yang masih tersisa selain menunggu pembangunan fisiknya oleh masing-masing penyelenggara telekomunikasi yang sudah ditetapkan sebagai pemenang tersebut dan kini masih terus berlangsung untuk program desa berdering bagi 31.824 desa di seluruh Indonesia agar segera dapat terealisasikan, juga berupa rencana penyiapan dokumen tender untuk menggelar internet broadband di tingkat ibukota kecamatan sebagai turunan program USO tersebut . Program ini lebih dikenal dengan istilah program desa pinter bagi sekitar 4.700 kecamatan di seluruh Indonesia , yang proses tendernya direncanakan dalam waktu dan diharapkan dapat diselesaikan pada tahun 2010.
Bahkan sebelumnya, Departemen Kominfo telah menyelesaikan tender SLJJ dan SLI. Tender tersebut sudah diselesaikan juga dan kini tinggal pelaksanaan pembangunannya mengingat tujuan tender tersebut adalah:
- Menyediakan infrastruktur jaringan akses, jaringan backbone domestik dan jaringan sambungan internasional yang memadai.
- Mendorong ketersediaan backbone nasional, hal ini diperlukan karena luasnya wilayah geografis Indonesia dan masih kurangnya kapasitas serta cakupan / akses ke wilayah-wilayah terpencil.
- Menyediakan jaringan akses pita lebar (broadband) internasional yang terhubung ke jaringan backbone internet (TIER-1).
- Menyediakan sewa bandwidth dengan tarif (harga) sewa bandwidth yang kompetitif dan affordable.
- Menciptakan kompetisi layanan sewa bandwidth Internasional yang dapat mendorong penyelenggaraan telekomunikasi lebih efisien dan kompetitif sehingga mampu menekan biaya internet menjadi lebih terjangkau oleh masyarakat Indonesia yang menggunakan layanan tersebut.
- Mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi baru dalam bentuk tumbuhnya berbagai peluang usaha baru bagi perusahaan skala kecil dan menengah agar penyelenggaraan telekomunikasi tumbuh lebih pesat.
Terhadap pembangunan infrastruktur telekomunikasi ini, Departemen Kominfo ada saatnya tidak hanya langsung terkait dengan fungsinya untuk memfasilitasi penyediaan atau pengadaan tender dan lelangnya saja, karena pada sisi lain juga berfungsi secara efektif dalam mendorong dan memberi perhatian pada kalangan swasta dalam penyediaan infrastruktur telekomunikasi secara tidak langsung. Hal ini di antaranya terungkap ketika Menteri Kominfo Mohammad Nuh pada tanggal 28 Maret 2009 di Surabaya telah menyaksikan acara penanda-tanganan dokumen kontrak pembangunan SKKL (Sambungan Komunikasi Kabel Laut) yang menurut rencana akan menghubungkan Surabaya dengan Hong Kong. Turut pula mendampingi Menteri Kominfo adalah Dahlan Ihsan (CEO Jawa Group selaku Presiden Komisaris Fangbian Iskan Corporindo), Ferry Adam Har (Konsul Jenderal RI untuk Hong Kong) dan Horoshi Sato (Presiden Direktur NEC Indonesia) yang bersama-sama menyaksikan penanda-tanganan kontrak pembangunan senilai US$ 200 juta dan diperkirakan akan dapat diselesaikan dalam kurun waktu 2 tahun, yang penanda-tanganannya dilakukan oleh Nakajima (mewakili NEC Jepang), Linggar Muyono (mewakili FBI/Fangbian Iskan Corporindo) dan Hady Harianto (mewakili TPI/Telemedia Pacific Inc Hong Kong). Pembangunan ini minimal mengurangi benang kusut kompleksitas SKKL di sekitar kawasan Asia Timur. Diharapkan penyelesaian pembangunan ini akan melengkapi ASEAN - China Super Corridor yang menurut rencana akan direalisasikan pada tahun 2012.
Hal utama yang mendasari sikap apresiasi pemerintah terhadap pembangunan SKKLyang pertama kali langsung menghubungkan Indonesia dengan Hong Kong ini adalah juga tidak lepas dari upaya Pemerintah Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada backbone telekomunikasi internasional yang eksisting. Pengalaman terjadinya gemba bumi di selatan Taiwan pada bulan Desember 2006 memberi pengalaman yang sangat berharga bagi Indonesia untuk secepat mungkin mencari alternatif lain jika hal serupa terjadi mengingat kawasan di sekitar Indonesia sangat fragile dari kemungkinan terjadinya bencana alam. Seperti diketahui, sejak terjadinya gempa bumi 7.1 skala richter di dekat Taiwan pada akhir bulan Desember 2006, Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya sempat terimbas dampaknya akibat terputusnya backbone serat optik yang melewati negeri itu. Gangguan itu mencakup sistem komunikasi kabel laut (SKKL) Southeast Asia_Middle East-Western Europa (SMW3) dan Asia Pasifik Cable Network (APCN). Kabel SMW3 yang terputus itu terjadi dekat stasiun kabel Fengshan (Fengshan Cable Station) dan kabel APCN dekat stasiun kabel Toucheng (Toucheng Cable Station). Gempa bumi tersebut tidak hanya berakibat pada terganggunya komunikasi suara, tetapi juga komunikasi data khususnya internet serta pada transaksi pasar finansial, seperti terganggunya keterhubungan jalur trafik Internet via Singapore Telecom Internet Exchange (STIX) yang menghubungkan Indonesia-Singapura-Hong Kong hingga Jepang, Korea dan Taiwan yang menuju Amerika Serikat.
Pasca musibah Taiwan tersebut telah mendorong Pemerintah Indonesia untuk mem-back up kontinuitas layanan telekomunikasi melalui satelit yang sesungguhnya selama ini juga sudah dimanfaatkan secara luas, dan mencari alternatif sambungan backbone internasional lainnya yang bisa langsung tergubung ke Tier 1 dan juga seperti pembukaan keterhubungan antara Indonesia dengan Australia yang sedang dibangun saat ini. Bukti konkret Pemerintah Indonesia ini telah dipersyaratkan kepada pemenang lelang SLI, yang di antaranya dalam kurun waktu 5 tahun wajib melalukan penyediaan koneksi ke jaringan backbone internet Tier-1 (IP Backbone) pada 5 tahun pertama: Batam-Singapura dengan jarak 40 Km dengan tingkat keterhubungan ke Tier-1 Level, Singapura-Amerika Serikat dengan jarak 17480 Km dengan tingkat keterhubungan ke Tier-1 Level 2, Singapura-Hongkong dengan jarak 3180 Km dengan tingkat keterhubungan ke Tier-1 Level 2, dan Hongkong-Amerika Serikat dengan jarak 15500 Km dengan tingkat keterhubungan ke Tier-1 Level 3. Oleh karenanya, adalah sangat sajar dan tidak berlebihan esensi yang disampaikan Menteri Kominfo pada acara di Surabaya tanggal 28 Maret 2009 ini yaitu membuka peluang kepada investor manapun untuk lebih mengembangkan SKKL, sebagaimana juga pernah disampaikan kepada Menteri Lee Youn-Ho dari Korea Selatan ketika bertemu di Jakarta pada tanggal 7 Maret 2009 dimana Pemerintah Indonesia juga menawarkan Pemerintah Korea Selatan untuk mempertimbangkan pembukaan backbone internasional langsung dari Korea Selatan ke Indonesia.
Program pembangunan infrastruktur di Indonesia secara umum cukup banyak dikeluhkan karena tingkat pencapaiannya masih ada yang sebatas wacana dan seandainyapun berlangsung sifatnya parsial dan hanya pada daerah-daerah tertentu. Dan itu belum lagi dengan adanya kepastian dan tidaknya kalangan investor yang terkait. Namun demikian Palapa Ring, USO, BWA, SLJJ, SLI dan SKKL mencoba tampil dengan wujud konkret secara nasional dan tanpa "kehebohan" di sana-sini. Memang pembangunan infrastruktur bidang-bidang telekomunikasi tersebut hanya merupakan salah satu bagian kecil dari pembangunan infrastruktur strategis di Indonesia, akan tetapi minimal mampu menciptakan kondisi integratif yang memungkinkan adanya keterhubungan yang efektif dan efisien secara massif dan produktif dalam bidang komunikasi untuk menunjang produktivitas nasional. Diharapkan pada masa-masa mendatang, akan lebih banyak lagi "prestasi pembangunan infrastruktur" yang difasilitasi Departemen Kominfo secara komprehensif baik di bidang telekomunikasi, penyiaran dan aplikasi telematika di era konvergensi.
---------------
Kepala Pusat Informasi dan Humas Departemen Kominfo (Gatot S. Dewa Broto, HP: 0811898504, Email: gatot_b@postel.go.id, Tel/Fax: 021.3504024).