-
Email:
Callcenter_djid@komdigi.go.id -
Call us:
159 -
Webmail:
Surel

- Beranda
- Informasi & Publikasi
- Informasi Terkini
Seputar DJID
Kepercayaan Publik Kunci Media di Era Digital
Kendari (SDPPI) - Media massa harus terus membangun kepercayaan publik di tengah informasi yang melimpah dan kuatnya pengaruh media sosial. Era teknologi digital menjadi tantangan bagi media massa untuk bekerja lebih keras mengalahkan kecepatan informasi media sosial yang datanya belum pasti benar.
"Media massa perlu menyesuaikan diri dengan cepat untuk tetap menjaga kepercayaan publik," tegas Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Ismail, saat menjadi narasumber dalam Open Mic SDPPI, Senin (7/2/2022).
Forum diskusi, yang mengangkat tema Tantangan dan Masa Depan Media di Era Digital ini, merupakan kerjasama Ditjen SDPPI dan Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat, sebagai rangkaian kegiatan Hari Pers Nasional yang jatuh pada 9 Februari 2022. Format diskusi dilakukan secara daring dan luring di Hotel Plaza Inn, Kendari, Sulawesi Tenggara.
Menurut Dirjen SDPPI, perkembangan teknologi digital berdampak pada perubahan praktik jurnalistik yang mengharuskan media mengubah cara kerja, produksi konten, model bisnis dan struktur organisasi media. "Perubahan gaya transaksional media ke arah interaksi membuat media terus mengoptimalkan terlibatnya pembaca," katanya.
Ia mengambil sebuah perumpamaan, era digital adalah era dimana setiap individu tidak lagi bertumpu pada ruang konvensional. Aktivitas kehidupan banyak bertransformasi dari ruang-ruang konvensional ke ruang-ruang digital. Aktivitas yang berhubungan dengan dunia keuangan dan pembayaran kini dipindahkan ke ruang digital, termasuk kredit dan sebagainya.
Model baru pendekatan transportasi melalui platform digital. Kondisi transportasi nasional berubah dengan adanya digitalisasi. Demikian pula perdagangan dan industri, termasuk industri media. Pemicunya karena perkembangan teknologi internet yang memungkinkan hubungan antara orang secara massif dengan biaya yang murah.
"Ada suatu perilaku mayarakat yang memanfaatkan ruang digital secara besar-besaran. Bahkan secara kecenderungan, ruang digital ini makin mendominasi, lebih banyak orang menggunakan ruang digital daripada konvensional dalam berbagai sektor kehidupan," paparnya.
Jelas, tekan Ismail, media merupakan sektor yang terdampak adanya perubahan ke ruang digital itu. Teknologi berkembang begitu pesat yang didukung infrastruktur dan konektivitas, memudahkan koneksi masyarakat. Terutama bagi generasi muda yang ternyata memang jauh lebih merasa terbantu dan nyaman di era digital ini.
Bagi media massa, telah terjadi perubahan yang sangat signifikan, karena adanya penembusan batas-batas sebagai dampak dari transformasi digital. "Media menjadi sektor yang paling terimbas dari era digital, paling parah dampaknya akibat transformasi digital," katanya.
Ketika internet menjadi massif dan mudah dikoneksi oleh masyarakat dengan kualitas baik dan harga yang murah, maka industri media itu sudah mengalami perubahan. Semua orang bisa menjadi reporter, jadi wartawan, semua orang bisa menjadi pemilik media.
Guna menghadapi tantangan ini, insan pers atau media harus mengetahui terlebih dahulu mengenai kondisinya. Sekarang atau ke depan akan seperti apa. Insan media harus berada pada posisi terdepan untuk memahami kondisi perubahan.
Setelah memetakan kondisi, media harus mengambil posisi untuk melakukan review dan peningkatan kompetensi. Tidak ada jalan lain, karena tanpa memiliki kompetensi dan pemahaman yang kuat, maka akan menjadi follower dan tertinggal. "Baru setelah itu, media harus dapat mengemas produknya secara menarik," pungkas Ismail.
Sumber foto : Mukhsinun/ Catur Joko P