-
Email:
Callcenter_djid@komdigi.go.id -
Call us:
159 -
Webmail:
Surel

- Beranda
- Informasi & Publikasi
- Informasi Terkini
Seputar DJID
Gunakan Etika di Dunia Digital
Jakarta (SDPPI) – Dunia digital memiliki etika yang perlu dipahami seluruh pengguna media sosial. Bila memanfaatkan informasi tanpa etika, akan berdampak pada perkembangan transformasi digital ke arah yang negatif.
Demikian tegas Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Ismail pada acara Safari Jurnalistik 2021 yang diselenggarakan secara virtual, Kamis (12/8/2021).
Pandemi Covid-19 mendorong transformasi digital dan perubahan perilaku masyarakat dalam memanfaatkan media sosial. “Kita tidak bisa mengatakan tidak bahwa teknologi berkembang sangat pesat khususnya di mobile broadband. Kenapa mobile broadband ini harus saya sampaikan, karena lebih dari 90% konektivitas internet di Indonesia menggunakan mobile communication. Jadi teknologi ini sangat berpengaruh terhadap cara/pola pada masyarakat melakukan konektivitas termasuk medianya yang bermacam-macam, bisa televisi, audiovisual, media cetak, media streaming dan sebagainya,” jelasnya.
Indonesia sudah memasuki era 5G dengan basis dasar 4G. Nantinya seluruh wilayah akan terkoneksi dengan 4G dan sebagian daerah, khususnya industri, sudah bisa menggunakan 5G. “4G kurang lebih selama empat tahun untuk mengcover koneksi seluruh wilayah Indonesia dan saya harap 5G memiliki waktu yang kurang lebih sama dengan 4G,” kata Ismail.
Beberapa kelebihan yang dimiliki 5G, diantaranya kecepatan internet mencapai 1000mb/s, waktu respon yang sangat singkat 1ms, konsumsi energi rendah, dan sebagainya. “Kita sedang menuju kesana,” tambahnya.
Pandemi memaksa sekaligus mengefisensikan waktu untuk memindahkan aktivitas ke ruang digital. Transformasi digital didrive oleh tiga isu, pertama teknologi yang berkembang secara bersamaan. Kedua, data bagaimana orang mengkonsumsi dan mengumpulkan data sangat besar sekarang dan data yang ada di dunia digital sangat luar biasa besar. Ketiga, perilaku pengguna dimana banyak sekali yang stay tuned di media sosial.
“Media sosial mengubah model komunikasi dan dalam pembentukan opini. Saat ini model komunikasi sangat dipengaruhi media sosial. Ini dikarenakan partisipasi masyarakat yang terlibat sangat banyak dan suatu informasi yang didapat bisa mempengaruhi perilaku masyarakat. Semua orang dapat menyampaikan opini dan suatu isu tanpa ada filter yang jelas dan ini juga dipengaruhi oleh perubahan perilaku anak muda sekarang,” ucap Ismail.
Di sinilah tantangan dan peluang yang harus dilakukan oleh media. Media digital tidak hanya dapat memanfaatkan iklan, namun juga harus meningkatkan kualitas. Tidak mungkin semua dibiarkan gratis, karena makin dibiarkan akan makin bebas informasi, makin tidak berkualitas substansinya. “Perlu ada cara memonetisasi media itu,”katanya.
Terkait literasi/minat baca yang masih rendah, menyebabkan berita-berita yang clickbait lebih sering memancing perhatian masyarakat. Jadi tujuannya menarik-menarikkan judul berita dan tidak tahu isinya apa yang penting diklik dulu.
“Lifestyle sudah pindah ke dunia digital tapi tingkat pendidikan dan literasi belum sehebat itu dan ini merupakan tantangan kita di Indonesia,” tegas Ismail.
Dirjen SDPPI juga menyorot upskilling jurnalistik. Terutama kemampuan teknis mengolah berita sesuai segmentasinya, karena tanpa segmentasi akan sulit mendapat pasar. “Jadi kita harus tahu perilaku masyarakat, jangan hanya berorientasi pada clickbait, judul bombastis tapi tidak berkualitas,” pungkasnya.
Sumber/ Foto : Fandi R (Setditjen)