-
Email:
Callcenter_djid@komdigi.go.id -
Call us:
159 -
Webmail:
Surel

- Beranda
- Informasi & Publikasi
- Informasi Terkini
Siaran Pers
Jumpa Pers Menteri Kominfo Mohammad Nuh Selaku Menteri Ad-Interim Kebudayaan dan Pariwisata Mengenai Rencana Pengumuman Pengukuhan Batik Indonesia Dalam Daftar Representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia Oleh UNESCO Pada Tanggal 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi
Siaran Pers No. 191/PIH/KOMINFO/9/2009
(Jakarta, 30 September 2009). Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam kapasitasnya sebagai lembaga departemen pemerintah yang menangani bidang kebudayaan dan pariwisata sejauh ini cukup intensif dalam memperjuangkan berbagai warisan budaya bangsa Indonesia yang perlu memperoleh pengakuan internasional, khususnya dari UNESCO. Salah satu warisan budaya dan manusia dari bangsa Indonesia yang saat ini sedang diperjuangkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bersama Kantor Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, KADIN, Yayasan Batik Indonesia dan lain sebagainya adalah batik Indonesia untuk diharapkan dapat memperoleh pengukuhan dari UNESCO dalam daftar representatif budaya tak benda warisan manusia. Karena demikian tingginya nilai dan esensi keberadaan warisan budaya batik Indonesia ini, Menteri Kominfo Mohammad Nuh selaku Menteri Ad-Interim Kebudayaan dan Pariwisata (yang didampingi oleh beberapa pejabat dari Kantor Menko Kesra, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata serta Yayasan Batik Indonesia) pada tanggal 30 September 2009 siang telah mengadakan jumpa pers di Departemen Kominfo dalam rangka menyongsong pengakuan batik indonesia oleh UNESCO.
Cukup tingginya kepedulian pemerintah dalam memperjuangkan batik Indonesia ini tidak terlepas dari esensi kultural dan historis batik Indonesia . Nilai budaya tak benda dari batik antara lain terkait dengan ritul pembuatan, ekspresi seni, simbolisme ragam hias dan identitas budaya daerah. Di beberapa daerah tertentu, pembuatan batik bahkan diawali dengan ritual khusus untuk kesempurnaannya. Batik dihasilkan dengan tangan melalui proses pemberian garis dan titik-titik dengan malam panas pada kain menggunakan canthing tulis atau canthing cap. Pola dan ragam batik tradisional dan modern memiliki simbolisme yang mendalam, di antaranya terkait dengan ststus sosial, komunitas daerah, alam dan juga perkembangan sejarah. Pembuatan kain batik merupakan kerajinan tradisional di Jawa dan beberapa daerah lain secara turun temurun sejak beberapa abad lalu, dan terus menyebar ke berbagai daerah sebagai busana adat dan kelengkapan pokok tradisi, seperti misalnya:
- Unsur Hindu/Budha pada ragam hias cakar, garuda, dan pohon hayat.
- Unsur Islam pada kaligrafi batik Cirebon dan Bengkulu.
- Unsur Cina pada hias burung phoenix dan pola megamendung dan wadasan di Cirebon , Tasikmalaya dan Indramayu serta pola Lok Tjan di Indramayu dan Cirebon .
- Unsur India dan Persia pada pola jlamprang Pekalongan serta pohon hayat dan burung merak.
- Unsur Indo-Eropa pada hias buketan dan cerita anak-anak.
- Unsur Jepang pada bunga Sakura.
- Unsur budaya masing-masing daerah seperti ragam hias Papua, Dayak, Riau dan lain-lain.
Tidak hanya kekayaan warisan budaya bangsa berupa batik saja yang diperjuangkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata beserta berbagai stakeholdernya. Yang pertama-tama karya budaya Indonesia yang dinominasikan ke UNESCO adalah wayang Indonesia. Nominasi digarap pada tahun 2002 dan tahun 2003 ditetapkan oleh UNESCO sebagai Karya Agung Budaya Lisan dan Tak Benda Wirisan Manusia . Berikutnya adalah keris Indonesia, yang dinominasikan pada tahun 2004 dan tahun 2005 ditetapkan oleh UNESCO sebagai Karya Agung Budaya Lisan dan Tak Benda Wirisan Manusia . Kemudian saat ini adalah batik Indonesia, yang telah din ominasikan sejak tahun 2008 dan diharapkan dalam Sidang 4.COM di Abu Dhabi dapat ditetapkan oleh UNESCO sebagai Budaya Tak Benda Warisan Manusia dan masuk dalam Daftar Representatif UNESCO. Selanjutnya yang juga menunggu giliran adalah "Best Practices" Diklat Budaya Batik Indonesia, yang dinom inasikan pada tahun 2009 dan diharapkan dalam Sidang 4.COM di Abu Dhabi dapat ditetapkan oleh UNESCO sebagai Best Practices Untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda. Dan yang juga tidak kalah pentingnya diperjuangkan adalah karya budaya berupa angklung Indonesia, yang nominasinya telah dikirim ke UNESCO tanggal 26 Agustus 2009. Berkas akan dipelajari Sekretariat UNESCO, dan jadwal penyempurnaan pada Desember 2009.
Khusus untuk batik Indonesia ini, proses nominasinya sudah cukup panjang. Diawali pada tanggal 3 September 2008 dan kemudian diterima resmi oleh UNESCO pada tanggal 9 Januari 2009 untuk diproses lebih lanjut. Pada tahap berikutnya, Menko Kesra dan didampingi oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata mengadakan "Working Luncheon" di Ruang Prambanan -Hotel Sahid Jaya tangga; 19 Maret 2009 dalam rangka menunjang lobi perjuangan Indonesia untuk pengukuhan batik Indonesia ini. Acara pertemuan lobby tersebut dihadiri oleh beberapa Duta Besar negara-negara sahabat yang masuk anggota Subsidiary Body UNESCO, beberapa Duta Besar negara-negara sahabat yang masuk anggota Intergovernmental Committee ICH UNESCO, Direktur Kantor UNESCO di Indonesia, beberapa Menteri terkait serta dari Yayasan Batik Indonesia, Wastraprema, KADIN, Dekranas, pakar batik, budayawan dan pengusaha batik. Upaya diplomasi Indonesia terus berlanjut di Paris dalam pertemuan tertutup UNESCO pada tanggal 11 s/d. 14 Mei 2009.
Seandainya penetapan oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 tetap sesuai dengan rencana, maka harapan dan tujuan pemerintah dan para pihak yang terkait dengan pengembangan karya budaya batik Indonesia ini adalah agar keberadaan batik Indonesia dalam daftar representatif budaya tak benda warisan manusia UNESCO memperkuat legitimasi Indonesia dalam pengembangan batik sebagai salah satu warisan budaya. Bahwasanya batik Indonesia telah, sedang dan akan banyak dipakai masyarakat internasional adalah sah dan suatu wujud apresiasi, sejauh ada pengakuan orisinalitasnya terhadap batik Indonesia. Legitimasi yang rencananya akan dikukuhkan oleh UNESCO akan makin berkontribusi positif secara multidimensi bagi masyarakat di Indonesia. Semoga diplomasi Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Dirjen Nilau Budaya Seni dan Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam pertemuan UNESCO di Abu Dhabi dapat sesuai dengan harapan seluruh bangsa Indonesia.
(Materi Siaran Pers ini berdasarkan referensi dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia).
---------------
Kepala Pusat Informasi dan Humas Departemen Kominfo (Gatot S. Dewa Broto, HP: 0811898504, Email: gatot_b@postel.go.id, Te/Fax: 021.3504024).